SEMARANG, KOMPAS.com – Desa Sembungan di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, menjadi salah satu desa percontohan penanganan sampah mandiri di Jawa Tengah.
Desa yang di dalamnya terdapat beragam tempat wisata itu mulai tampak dalam menjaga kebersihan wilayah.
Sejumlah gang di desa itu bahkan dihias dengan aneka macam botol plastik. Plastik yang disusun membentuk satu gapura di gerbang masuk desa serta di sudut gang. Gapura dari botol plastik itu terlihat begitu apik hingga menanggalkan kesan kumuh dan kotor.
Desa itu mulai menjaga kebersihan karena mulai dilakukan pembinaan dari Bank Indonesia. Desa Sembungan diberdayakan karena pada saat mengelola destinasi wisata berbasis alam belum dibarengi dengan pengelolaan sampah secara mandiri.
Baca juga: Berawal dari Iseng, Kampung Warna-warni di Bogor Kini Menginspirasi
“Jadi ini modal wisata untuk pengelolaan lingkungan yang bersih. Program sosial kami memberikan bantuan pengolahan sampah. Jadi, itu akan menjadi salah satu tempat masyarakat membuang sampah di tempat itu dan diolah,” ucap Kepala BI perwakilan Jawa Tengah, Hamid Ponco Wibowo, di Wonosobo, Selasa (20/3/2018).
Hamid menjelaskan, Desa Sembungan perlu didampingi karena desa itu mempunyai sedikitnya empat destinasi wisata alam yang populer didatangi wisatawan berbagai daerah.
Namun, di sisi lain, pola pengelolaan sampah belum berjalan sehingga kerap mengganggu keindahan wisata itu sendiri.
Oleh karena itu, Sembungan dipilih agar warganya dapat mengelola sampah secara mandiri. Wisatawan yang datang juga diingatkan untuk membuang sampah di tempatnya.
“Pariwisata sekarang menjadi prioritas unggulan pemasukan negara. Desa Sembungan ini banyak tempat menarik, ada empat wisata dari golden sunrise, Telaga Cebong, Gunung Pakuwojo, dan air terjun. Itu modal bagi Sembungan untuk maju lagi,” ujarnya.
Melalui pembinaan kebersihan, BI mencoba mengajak masyarakat membuang sampah di tempatnya. Sampah yang terkumpul di tiap rumah dikumpulkan di dalam bank sampah. Dari situ, sampah kemudian diolah hingga mempunyai nilai tambah.
Baca juga: Kampung Pelangi di Semarang yang Mendunia
Bank sampah di Desa Sembungan mempunyai kapasitas daya tampung hingga 100 meter kubik atau setara 100 ton. Untuk pola pengembangan, warga dilatih mengelola sampah dengan melibatkan perguruan tinggi dari Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
“Kami ini kerja sama dengan Poltekes untuk mengedukasi masyarakat untuk memperlakukan sampah. Perlakuan itu dimulai dari rumah, dipilah mana organik dan tidak, lalu dibawa ke bank sampah dan tempat pengolahan sampah,” tambahnya.
Sementara untuk pengembangan wisata, BI akan membantu untuk merealisasikan bangunan rumah lawas di Dieng menjadi destinasi wisata baru.
BI melihat bahwa potensi rumah-rumah tempo dulu di Dieng menarik untuk dijadikan salah satu destinasi baru, melengkapi destinasi yang telah ada.
”Rumah lawas di Dieng, sekitar Telaga Cebong itu kerja sama dengan sejarawan untuk meneliti lingkungan bentuk rumah menjadi wisata. Kalau ada perumahan itu jadi homestay tentu akan tinggal (lebih lama) lagi, dan itu signifikan bagi warga, terutama memberi nilai tambah Wonosobo,” tuturnya.
Baca juga: Kampung Pelangi di Pangkalan Bun untuk Ajang Nostalgia
Di Kota Bandung kini ada sebuah kampung dengan bentuk cat warna warni, yang dinamakan Kampung Cibunut berwarna.
Baca Lagi dah di situ https://regional.kompas.com/read/2018/03/20/19205201/desa-sembungan-di-wonosobo-jadi-contoh-penanganan-sampah-botol-plastik
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Desa Sembungan di Wonosobo Jadi Contoh Penanganan Sampah ..."
Post a Comment