TASIKMALAYA, (PR).- Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir Kota Tasikmalaya menuai sorotan warga. Musababnya, warga terganggu dengan bau sampah, kerusakan lingkungan dan minimnya jaminan kesehatan dari pemerintah terhadap masyarakat yang terdampak.
Keluhan tersebut dilontarkan sejumlah warga yang bermukim di sekitar TPA. Wati (22), warga Kampung Selakaso, Kelurahan/Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, mengaku terganggu dengan bau dari TPA.
"Bau pokoknya setiap hari (tercium)," kata Wati saat ditemui di kediamannya, Jumat 26 Oktober 2018.
Masuknya musim hujan, lanjutnya, membuat bau semakin tak karuan. Kondisi itu memacu kekhawatiran Wati.
Dia takut bau tersebut mendatangkan penyakit seperti inpeksi saluran pernapasan akut (ISPA) kepada warga. Selain bau, lingkungan pemukiman Selakaso ikut terganggu. Lalat-lalat menyerbu pemukiman warga.
Kondisi tersebut diperparah sikap sejumlah awak kendaraan pengangkut sampah yang membiarkan muatannya tercecer di jalan kampung.
"Sampah tak diambil lagi," ujarnya.
Perilaku itu menuai kekesalan warga yang sempat mengejar kendaraan pengangkut sampah tersebut dan meminta awaknya membawa kembali isi muatan yang jatuh.
Menurut Wati, tak ada kendaraan khusus yang menyisir dan mengangkut ceceran sampah itu. Alhasil, warga bukan semata mencium bau, tetapi merasakan lingkungan yang ikut kotor.
Persoalan lain yang terkuak adalah jaminan kesehatan warga terdampak TPA. Wati mengaku, belum ada layanan pengobatan dan pemeriksaan kesehatan gratis dari pengelola TPA bagi warga terdampak.
Kompensasi uang pun juga tak diperoleh warga. Padahal, Selakaso merupakan jalur lintasan armada pengangkut sampah yang berdiri di dekat TPA Ciangir. Dia berharap, pemerintah memperhatikan persolan kesehatan warga terdampak TPA itu.
Hal serupa diungkapan Darwin (26), warga Kampung Ciangir, Kelurahan/Kecamatan Tamansari Tasikmalaya. Kampung Darwin berada cukup dekat dengan area TPA.
Dibawa angin
Setiap hari, Darwin juga terpapar bau dari tempat pembuangan sampah Kota Tasikmalaya tersebut. Bau, tutur Darwin, tercium bergantung pada arah angin.
Jika angin menerpa Kampung Ciangir, warga pun menciumnya. Setiap hari, warga Ciangir merasakan bau dari TPA itu. Air lindi atau limbah cair TPA ikut terkena sorotan.
Kendati telah diproses di kolam pengolahan, lindi TPA Ciangir tetap berwarna hitam. Bahkan, lindi tersebut juga mengalir ke sungai didekatnya.
Warga, lanjut Darwin, sudah tak menggunakan sungai bercampur lindi itu untuk keperluan sehari-hari. Keluhan-keluhan warga sebenernya pernah disampaikan ke kantor kelurahan.
Namun, tindak lanjut atas keluhan tersebut belum dilakukan. Meskipun warga masih sehat, Darwin khawatir kondisi lingkungan yang terganggu keberadaan TPA bakal berdampak ke depannnya.
Kesehatan warga bisa terganggu karena kondisi lingkungan yang tercemar. Apalagi, perhatian terhadap kondisi kesehatan warga yang terdampak masih minim.
Pemeriksaan kesehatan secara cuma-cuma juga minim. Bila sakit, warga terdampak masih merogoh kocek untuk biaya pengobatan. Darwin pun mengaku tak memiliki BPJS.
Darwin tak menampik pengelola TPA sempat memberikan bantuan sembako. Tetapi, bantuan itu tak disertai jaminan pelayanan kesehatan dari TPA yang berdiri sekitar 2002 lalu.
Saat "PR" mencoba mengonfirmasi dan mengklarifikasi persoalan tersebut, Kepala UPTD TPAS Ciangir Rachmat Hidayat sedang tak berada di kantornya, Jumat sore.
"Ada rapat di Dinas Lingkungan Hidup," kata seorang petugas di TPA Ciangir.
Kompensasi seekor sapi
Petugas yang enggan disebutkan namanya itu menampik tak adanya kompensasi bagi warga terdampak. Warga, tuturnya, sempat mendapat bantuan seekor sapi ketika TPA berdiri.
Terkait keluhan bau, dia mengatakan bau berasal dari pembakaran limbah rumah sakit di area khusus TPA. Pembakaran, lanjutnya, dilakukan karyawan rumah sakit dengan difasilitasi tempat oleh TPA.
TPA seluas 13,5 hektare itu juga telah menyediakan kolam penampungan guna pengolahan lindi. Perekomian warga turut meningkat karena mereka mendapat lahan pekerjaan di TPA.(Bambang Arifianto)***
Baca Lagi dah di situ http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/10/26/tiap-hari-cium-bau-sampah-warga-khawatir-terkena-penyakit-432256Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tiap Hari Cium Bau Sampah, Warga Khawatir Terkena Penyakit"
Post a Comment