TEMPO.CO, Jakarta - Kesadaran masyarakat untuk memilah serta mendaur ulang sampah di Indonesia masih terbilang rendah. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, masyarakat Indonesia menghasilkan sampah sebesar 64 juta ton per tahun dengan 64 persen sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir. Artinya, masyarakat masih belum mengoptimalkan pengolahan sampah.
Menurut data Badan Pusat Statistik, tingkah laku memilah sampah di rumah tangga masih berada pada angka 18,48 persen. Sementara itu, perilaku tidak memilah sampah masih tinggi, yaitu sebesar 81,16 persen. Padahal, Indonesia memiliki target pengurangan sampah sebesar 39 persen dan penanganan sampah sebesar 70 persen pada tahun 2025 sesuai Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 1997 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah. Baca: Body Shaming Bikin Kesal? Ini Siasat Prilly Latuconsina
Salah satu solusi masalah sampah itu, Coca Cola Foundation Indonesia meluncurkan program 'Plastic Reborn'. Program ini diselenggarakan untuk menginspirasi perubahan perilaku generasi muda Indonesia terkait pengelolaan sampah kemasan plastik. Untuk merealisasikan program ini, lebih dari 100 Sekolah Menengah Atas dan universitas di Jakarta difasilitasi dengan program pengumpulan botol plastik untuk diolah dan diproses menjadi produk kreatif. Proses kreatif program ini sendiri telah dilaksanakan sejak akhir tahun 2017.
“Melalui program Plastic Reborn, kami berinovasi memanfaatkan sampah kemasan plastik bekas menjadi tas multifungsi. Harapannya, ini bisa menginspirasi cara pandang masyarakat, khususnya anak muda terhadap sampah kemasan plastik dan pada akhirnya membangun perilaku kelola sampah yang lebih baik,” kata Chief Executive Coca-Cola Foundation Indonesia Titie Sadarini dalam acara 'Plastic Reborn: Ubah Sampah Plastik Kemasan Menjadi Tas Multifungsi Keren!” di Hotel Century, Jakarta, pada 27 Februari 2018. Baca: Dahsyatnya Kimchi : Pencernaan Sehat Hingga Panjang Umur
Program ini berfokus pada tiga kegiatan, yaitu edukasi, pemberdayaan, serta inspirasi. Kegiatan edukasi dilaksanakan dengan cara mendistribusikan collection drop box untuk mengumpulkan bekas sampah plastik di sekitar 100 titik SMA dan universitas di Jakarta dan sekitarnya. Ada pula studi wisata ke Bantar Gebang bagi guru dan murid untuk melihat langsung kondisi lapangan tempat penampungan sampah. Dengan adanya kegiatan ini, guru maupun murid diharapkan dapat menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing.
Kemudian ada kegiatan pemberdayaan, yaitu wadah untuk menciptakan sebuah kolaborasi strategis antara para aktor, seperti pihak sekolah, pengelola sampah, pengusaha produk kerajinan plastik, perancang produk, sampai pelaku e-commerce guna mengoptimalkan pemanfaatan sampah kemasan plastik. Terakhir adalah kegiatan inspirasi, yaitu program untuk menyadarkan para pengusaha tentang potensi sampah plastik sebagai bahan baku potensi.
Salah satu bentuk implementasi kegiatan ini adalah gerakan #mulaidarigue di sosial media yang turut melibatkan komunitas dan influencers. Diharapkan, program ini dapat mendorong terciptanya praktik pengelolaan sampah yang terintegrasi melalui pendekatan recycling–upcycling untuk menciptakan lingkungan ekonomi berkelanjutan.
MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA
Baca Lagi dah di situ https://gaya.tempo.co/read/1065074/masalah-sampah-di-jakarta-tangani-dengan-proses-kreatif-iniBagikan Berita Ini
0 Response to "Masalah Sampah di Jakarta, Tangani dengan Proses Kreatif Ini"
Post a Comment