Search

Pemprov DKI Jakarta beli tong sampah miliaran rupiah dari Jerman

Dinas Kebersihan DKI Jakarta akan membeli 2.640 tong sampah dari Jerman dengan total anggaran sekitar Rp9,5 miliar. Pembelian ini diklaim demi pengolahan sampah yang modern, sekaligus mempercantik kota.

Di sisi lain, wacana pemberdayaan warga soal kesadaran atas sampah yang pernah dikampanyekan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat pemilihan kepala daerah lalu kini dipertanyakan.

Kepala Dinas Kebersihan DKI, Isnawa Aji, menyebut pembelian tong sampah buatan Jerman itu merupakan kelanjutan dari modernisasi sarana-prasarana di lembaganya.

Isnawa berkata, Pemprov DKI telah membeli sekitar 200 tong sampah beroda (dash bin) berkapasitas 660 liter pada 2016 semasa kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama.

Tong sampah itu, kata dia, sepaket dengan sekitar 100 truk sampah (compactor bin lorry) yang lebih dulu mereka beli.

"Secara otomatis tong terangkat dan sampah dibuang ke truk, jadi tanpa perlu tenaga orang atau diserok," ujar Isnawa kepada wartawan BBC Indonesia, Abraham Utama, Senin (04/06).

Isnawa mengatakan, paket peralatan sampah ini dibeli untuk mengganti peralatan konvensional, terutama truk bak terbuka. Ia berkata, truk model itu membutuhkan tenaga manusia untuk mengangkat sampah dari bak.

Lebih dari itu, Isnawa menyebut sampah kerap berceceran dan menetes dari tong dan truk sampah lawas dalam perjalanan dari pembuangan sampah sementara sampai titik akhir di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.

"Masa Jakarta yang akan menjadi tuan rumah Asean Games gerobak sampahnya seperti itu? Kan tidak pantas," ucapnya.

Lebih murah?

Isnawa memaparkan, dalam katalog lelang elektronik di platform Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, hanya tersedia dua penawaran gerobak sampah beroda, dari perusahaan Jerman dan Cina.

Pemprov DKI, kata dia, memilih produk merek Weber dari Jerman karena bersertifikasi internasional. Ia menyebut tong sampah itu juga telah digunakan pemerintah kota-kota besar dunia.

"Bukannya saya tidak mau produk dalam negeri. Saya akan beli kalau ada perusahaan Indonesia yang masuk katalog," ujarnya.

Isnawa juga mengklaim harga tong sampah beroda itu lebih murah dibandingkan produk dengan spesifikasi serupa yang dijual di gerai dan platform jual-beli daring di Indonesia.

"Di Bukalapak atau Ace Hardware, harganya bisa di atas Rp4 juta. Saya beli yang ada sertifikasi dan kualitasnya lebih baik," tutur Isnawa.

Pengamat persampahan di lembaga Indonesia Solid Waste Association, Sri Bebassari, mendorong Pemprov DKI tak hanya menganggarkan biaya besar pada tahap pembelian, tapi juga pemeliharaan.

Sri menuturkan, DKI memiliki banyak sarana persampahan tapi tak berumur panjang karena digunakan tanpa perawatan.

"Kita bisa beli tapi lupa memelihara. Truk dan tempat sampah idealnya harus dicuci setiap hari," kata Sri melalui sambungan telepon.

"Pemeliharaan ini yang saya khawatirkan. Pembelian harus disertai biaya pemiliharaan yang cukup," tambahnya.

Kesadaran masyarakat

Pengamat anggaran dari Indonesai Budget Center, Roy Salam, menuding pembelian bak sampah seharga miliaran rupiah itu tidak sesuai dengan janji kampanye Anies-Baswedan dalam Pilkada DKI 2017.

Roy mengatakan, sejak awal Anies-Sandiaga menyatakan akan melibatkan warga Jakarta dalam menangani persoalan sampah di ibu kota.

"Katanya, jargonnya permberdayaan, maka penanganan sampah seharusnya bisa memaksimalkan partisipasi warga. Bagaimana bentuknya? Bank sampah," ujar Roy.

Saat masih berstatus calon wakil gubernur, Sandiaga menyatakan akan menyelaraskan pengelolaan bank sampah dengan program One Kecamatan One Center for Entrepreneurship (OK-OCE).

Sandiaga pernah menyebut pengelolaan sampah harus menyerap tenaga kerja sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.

"Program pemberdayaan sampah, kuncinya menularkan ke tempat lain, saya ingin bank sampah bisa menjadi gerakan di seluruh Jakarta," kata Sandiaga, 7 November 2016, seperti dilaporkan Tempo.

Roy Salam mengatakan, Pemprov sepatutnya melanjutkan dan mengembangkan bank sampah ke seluruh kawasan di Jakarta. Menurutnya program itu lebih produktif dibandingkan mengimpor ribuan tong sampah dari Jerman.

"Bank sampah yang ada saat ini diperluas dan diproduktifkan, lalu kembangkan bank sampah baru, di perumahan maupun perkantoran," kata Roy.

Soal kritik itu, Isnawa mengklaim Pemprov DKI menargetkan pembentukan bank sampah di setiap rukun warga di Jakarta atau di sekitar 2.700 titik. Ia berkata, saat ini baru terdapat 600 bank sampah di Jakarta.

Isnawa mengklaim program modernisasi pengelolaan sampah akan beriringan dengan peningkatan partisipasi warga dalam bank sampah.

"Kami mendorong, mengasistensi, dan mendampingi warga tentang bank sampah. Kami juga bekerja sama dengan produsen penghasil sampah seperti Unilever dan Danone," tuturnya.

Merujuk riset Greenpeace, setiap hari Jakarta menghasilkan sekitar 7.000 ton sampah atau sekitar 4% total sampah nasional. Mereka menyebut tumpukan sampah yang sebagian berupa plastik itu kerap mengalir ke Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta.

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi dah di situ http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44354479

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pemprov DKI Jakarta beli tong sampah miliaran rupiah dari Jerman"

Post a Comment

Powered by Blogger.