Search

Mengapa Sampah Pembalut Bisa Jadi Bom Waktu? - Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Berapa jumlah pembalut yang Anda buang dalam sebulan? Bila empat pembalut sehari dan masa menstruasi Anda berlangsung enam hari, itu berarti Anda membuang 24 lembar pembalut setiap bulan.

Angkanya terlihat kecil, tapi bila dikalikan ratusan juta orang perempuan di Indonesia, jumlahnya bisa mencapai puluhan ton setiap bulan. Apalagi, menurut data Badan Pusat Statistik dan United Nations Population Fund, jumlah penduduk perempuan di Indonesia mencapai 131,88 juta jiwa.

Bukan hanya jumlahnya yang luar biasa, sampah pembalut juga menghadapi persoalan yang belum ada solusinya, yaitu ketersediaan teknologi pendaur ulang.

Project Executive Waste4Change Pandu Priambodo mengatakan, kesulitan mendaur ulang sampah pembalut terletak pada beragamnya material yang digunakan dalam satu produk. Selain ada kertas, ada pula plastik dan sampah organik yang dihasilkan manusia di dalamnya.

"Itu yang sering kita bilang sebagai multilayer," katanya kepada Liputan6.com, Kamis, 18 Juli 2019. Maka itu, pihaknya hingga kini mengategorikan sampah pembalut ke dalam limbah B3 atau residu. Perlakuan yang sama juga dikenakan pada sampah popok.

2 dari 3 halaman

Solusi Sementara

Di sisi lain, Waste4Change tak ingin menambah beban landfill atau tempat pembuangan sampah terbuka dengan membuang sampah pembalut begitu saja. Solusi sementara pun dicari.

"Kita kumpulkan residu itu untuk dioper ke perusahaan bahan baku semen," kata Pandu.

Meski begitu, hal tersebut masih belum menyelesaikan masalah. Hingga teknologi pendaur ulang sampah pembalut ditemukan, ia menyebut masalah tersebut menyimpan bom waktu. "Iya jadi bom waktu," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi dah di situ https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4016631/mengapa-sampah-pembalut-bisa-jadi-bom-waktu

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mengapa Sampah Pembalut Bisa Jadi Bom Waktu? - Liputan6.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.