Search

Kepulauan Seribu: 'Bali Baru' yang Bertarung Melawan Sampah Kiriman - detikNews

Jakarta - Pria paruh baya bernama Erik Suhardi bercerita tentang kenangan masa kecilnya. Dia dan bocah-bocah Pulau Tidung sangat bahagia bila menemukan botol plastik di pantai berpasir putih pulau ini.

"Kalau ada botol plastik hanyut itu anak-anak berebutan dapatnya. Kalau sudah dapat, kita cuci bersih, dijadikan wadah minum," kenang Erik saat berbincang dengan detikcom di gazebo Jembatan Cinta yang terhubung ke Pulau Tidung Kecil, Kamis (21/2/2019).

Kini usia Erik sudah 51 tahun. Keceriaan masa kecilnya telah berubah 180 derajat. Botol plastik bukan lagi barang langka yang jadi rebutan bocah-bocah melainkan menjadi musuh bersama.

"Sekarang saya geli ngeliat botol plastik hanyut di air," kata Erik yang kini getol melestarikan terumbu karang ini.

Pulau Tidung adalah salah satu wilayah di Kepulauan Seribu, yakni Kabupaten di Jakarta yang mengandalkan pariwisata sebagai sektor unggulan ekonomi warganya. Namun sampah dari daratan Jakarta dan sekitarnya mencemari kepulauan.

Kepulauan Seribu: 'Bali Baru' yang Bertarung Melawan Sampah KirimanFoto ilustrasi: Petugas kebersiha bekerja di Pulau Kelapa Kepulauan Seribu (Danu Damarjati/detikcom)

Di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, air laut berwarna bening seperti kristal. Ikan-ikan kecil dan bulu babi dapat terlihat jelas. Namun sampah-sampah plastik juga masih terlihat mengapung. Benda-benda buatan manusia itu selain merusak keindahan juga mencemari lingkungan.

"Di sini banyak sampah dari darat, dari Jakarta atau Tangerang, apalagi kalau musim tenggara sekitar bulan sebelas," keluh warga Pulau Pramuka, Dahyar Mustafa (55), Senin (18/2/2019).

Sampah plastik kali ini tak ada apa-apanya ketimbang beberapa bulan sebelumnya. Dia mengatakan, sampah plastik kiriman dari daratan Jakarta dan sekitarnya akan jauh lebih banyak terlihat mengapung pada bulan-bulan jelang akhir tahun.

"Perilaku orang daratnya ini yang perlu dibenahi," ujar Dahyar. "Kalau warga sini sih selalu taruh sampah di tempat sampah."

Dia mengatakan, warga Kepulauan cenderung lebih sadar untuk membuang sampah pada tempatnya. Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang dipekerjakan kelurahan dinyatakannya selalu bekerja mengambil sampah-sampah rumah tangga penduduk pulau dengan gerobaknya. Sedangkan sampah-sampah di laut diangkut oleh kapal pengangkut Dinas Lingkungan Hidup DKI.

Tulisan berupa plakat dan stiker untuk menyemangati kebersihan lingkungan terdapat di mana-mana di pulau ini. Misalnya, "Buanglah sampah pada tempatnya", "Pulauku nol sampah", dan "Jangan buang sampah sembarangan." Namun plakat-plakat itu juga bersanding dengan sampah di sekitarnya.

Kepulauan Seribu: 'Bali Baru' yang Bertarung Melawan Sampah KirimanFoto ilustrasi: Sampah botol di sudut pantai Pulau Pramuka (Danu Damarjati)

Ditemui terpisah, anak usia 13 tahun bernama Nuril mengaku sebal dengan sampah-sampah yang mengapung. Dia menduga sampah itu berasal dari daratan. Namun dengan polos, dia juga mengakui orang-orang pulau kadang juga sering buang sampah sembarangan.

"Sampah plastik, botol, kayu, pampers. Orang pulau juga sering buang ke laut," ujar Nuril di sela latihan rebana di RPTRA Elang Berseri, Pulau Pramuka.

"Tapi kita pengin laut kita bersih," kata dia.

Bupati Kepulauan Seribu Husein Murad menjelaskan perihal sampah-sampah di kawasan yang masuk destinasi wisata '10 Bali Baru ini'. Asal benda-benda tak diinginkan itu adalah muara 13 sungai dari pantai utara Jakarta, dan juga dari utara Bekasi dan Tangerang.

"Semua pulau didatangi sampah, apalagi pulau-pulau yang dekat dengan daratan Jakarta," kata Husein Murad saat berbincang di Kantor Kelurahan Pulau Panggang.

Semakin dekat ke daratan, air laut memang jelas terlihat berubah warna. Bila di Pulau Pramuka ke utara air laut jernih, namun di Pulau Untung Jawa dan kawasan selatan lainnya air laut terlihat gelap. Padahal pulau-pulau di sekitar Untung Jawa dan sekitarnya juga menjadi destinasi wisata.

Kepulauan Seribu: 'Bali Baru' yang Bertarung Melawan Sampah KirimanFoto: Bupati Kepulauan Seribu, Husein Murad (Danu Damarjati/detikcom)

Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Yusen Herdiman menjelaskan sampah di kawasan ini rata-rata 40 ton sehari. "Dominan adalah sampah kiriman, yakni marine debris, estimasinya 60 persen sampah di Kepulauan Seribu adalah sampah laut," kata Yusen di Pulau Tidung, Kamis (21/2/2019)

Sebanyak 80 persen sampah lautan (marine debris) berasal dari kegiatan daratan Pulau Jawa, bahkan dari Sumatera yakni Lampung. Sambil mengutip kajian LIPI tahun 2016, dia menjelaskan 1 sungai Jakarta melepas sampah 1 ton per hari ke lautan. Ada 13 sungai di Jakarta. Per satu sungai di Tangerang dan Bekasi melepas 7 ton sampah per hari ke lautan.

"Kebanyakan sampah itu sampah kemasan plastik dan kayu," kata Yusen. Di Pulau Tidung, dia dan tim dari Dinas sedang melakukan sosialisasi dan operasi tangkap tangan pembuang sampah. Seorang warga tertangkap membuang puntung rokok dan kena denda Rp 100 ribu, sesuai dengan Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah.

Bupati Husein Murad menjelaskan upayanya mengatasi sampah di Kepulauan Seribu, yakni mengajak masyarakat untuk peduli terhadap problem lingkungan ini. Ke depan, dia ingin agar Kepulauan Seribu punya satu pulau khusus untuk pengolahan sampah. Dia melihat pengangkutan sampah dari Kepulauan ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang tidak efektif

"Saya pikir sampah di Kepulauan Seribu ini tidak perlu kita bawa ke Bantargebang Bekasi sana, karena akan memakan tenaga, biaya, maupun waktu yang besar," kata Husein.

Simak terus berita dari Bahtera Seva BRI, hanya di detikcom.
(dnu/imk)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi dah di situ https://news.detik.com/berita/d-4458347/kepulauan-seribu-bali-baru-yang-bertarung-melawan-sampah-kiriman

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kepulauan Seribu: 'Bali Baru' yang Bertarung Melawan Sampah Kiriman - detikNews"

Post a Comment

Powered by Blogger.